Usaha Mulai dari Rumahan Sampai Bisa Ekspor

Pernahkah kalian mendengar istilah “from zero to hero”? Bisakah Anda membayangkan seperti apa usaha seseorang untuk bisa menjadi pengusaha sukses yang berasal dari merintis dari usaha rumahan yang kecil hingga bisa merambah ke pasar internasional? Pertanyaannya adalah apa benar ada pengusaha yang sanggup melakukan hal tersebut?

Jawabannya adalah benar dan memang ada. Tidak hanya perusahaan yang berawal langsung besar yang bisa menembus pasar internasional tapi ada juga pengusaha kecil yang berhasil mengembangkan bisnisnya hingga ke luar negeri.

Kisah-kisah Pengusaha Indonesia yang Berhasil Menembus Pasar Global

Berikut adalah kisah dari beberapa pengusaha yang merintis usaha mereka dari kecil hingga sanggup go international.

1. PT Sido Muncul (Ny Rakhmat Sulistio)

Anda pasti familiar dengan jamu “Tolak Angin” yang memiliki slogan “Orang pintar pilih yang benar, orang pintar pilih Tolak Angin”, jamu saset instan yang jadi senjata ampuh untuk mencegah masuk angin. Jamu ini diproduksi oleh PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, salah satu Perseroan Terbatas terbesar di Indonesia. Ternyata dibalik kesuksesan yang diraih oleh perusahaan ini terdapat cerita menarik dibalik sejarah berdirinya perusahaan ini.

PT Sido Muncul didirikan oleh Ny Rakhmat Sulistio pada tahun 1930 dan terus berkembang hingga saat ini. Dalam perjalanan panjang perusahaan ini mengalami jatuh bangun hingga PT Sido Muncul dapat berkembang sebesar ini. Dalam sebuah program siaran langsung di suatu radio, Irwan Hidayat selaku Direktur PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk membagikan kisah sejarah perusahaan farmasi yang telah menyentuh pasar global ini.

Dalam ceritanya dikatakan bahwa PT Sido Muncul dulunya hanya toko roti dengan nama “Roti Muncul” yang didirikan oleh Bapak Siem Thiam Hie dan Ny Rakhmat Sulistio di Jogja. Pada tahun yang sama Ny Rakhmat Sulistio meracik sebuah jamu untuk mengatasi masuk angin dalam bentuk godogan yang diberi nama “Tolak Angin”.

Ny Rakhmat Sulistio menekuni pekerjaannya meracik dan menjual obat-obatan herbal. Pada awal usahanya beliau menjual obat herbal Tolak Angin berbentuk godogan atau obat herbal yang perlu direbus terbatas hanya di sekitar daerah Jogja saja.

Setelah 11 tahun, mereka pindah ke Semarang karena harus mengungsi dari perang yang terjadi di daerah Jogja dan sekitarnya. Pada saat di Semarang, Ny Rakhmat Sulistio mendirikan toko obat kecil yang dinamai “Sido Muncul” yang memiliki arti impian yang terwujud. Pada saat itu juga beliau mulai memasarkan jamu godogan “tolak angin” dengan tampilan yang berbeda yaitu dalam bentuk pil anti masuk angin, “Tolak Angin”.

Dalam perkembangannya, “Sido Muncul” hanyalah usaha kecil-kecilan berupa toko obat kecil yang berubah menjadi pabrik obat herbal rumahan yang terletak di Semarang pada tahun 1955. Obat masuk angin “Tolak Angin” terus menjadi produk unggulan mereka yang terus laris bahkan sudah bisa mencakup seluruh Jawa dan sekitarnya pada tahun-tahun tersebut.

Pada tahun 1970 usaha Sido Muncul telah berkembang menjadi sebuah CV, yaitu “CV Farmasi Sido Muncul”. CV Sido Muncul terus berkembang hingga pada tahun 1975 usaha ini berkembang lagi dan dibentuklah “PT Jamu dan Farmasi Sido Muncul”.

Perusahaan ini kemudian membangun sebuah pabrik jamu di daerah Klepu, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang pada tahun 1977. Saat pembangunan, Sri Sultan Hamengkubuwono X menandainya dengan peletakan batu pertama. Pabrik yang dibangun di Klepu jauh lebih besar dari yang sebelumnya, yakni seluas 30 hektar.

Dalam ceritanya Irwan Hidayat mengungkapkan bahwa perusahaan Sido Muncul mengalami jatuh bangun selama 20 tahun yaitu antara tahun 1969 hingga tahun 1990-an. Dalam tahun tersebut, perusahaan Sido Muncul tidak dapat mengalami perkembangan hingga pada suatu titik perusahaan terlilit hutang sekitar 46 juta Rupiah. Hutang yang sangat besar menimpa sebuah perusahaan yang dulu memiliki omzet hanya 800 ribu saja.

Perusahaan ini akhirnya bisa lolos dari hutang suatu hari Irwan melakukan sebuah promosi di suatu stasiun radio di Jakarta. Menurut penuturan Irwan, beliau mengiklankan jamu dari perusahaan Sido Muncul pada dua radio. Semenjak beliau mengiklankan jamunya pendapatan bersih perusahaan naik sangat tinggi, dari 800 ribu menjadi 12 Juta.

Selain pernah terlilit oleh hutang, Sido Muncul juga pernah mendapatkan penolakan dari BPOM (Badan Obat dan Makanan). Pada saat itu Irwan meminta izin untuk produk jamu barunya yang dinamakan “Armor”, namun ditolak karena aturan yang tidak memperbolehkan untuk menggunakan nama asing. Selanjutnya beliau juga mendapatkan penolakan lagi pada izin untuk jamunya yang bernama “Pasutri”.

Setelah sukses, PT Sido Muncul masih terus berinovasi menciptakan produk-produk jamu kemasan baru dan inovatif. Pada tahun 2004 perusahaan ini telah menciptakan inovasi berbagai macam jamu yang menjadi tonggak utama ekonomi perusahaan ini. Beberapa nama dari jamu andalan perusahaan ini antara lain Tolak Angin, Tolak Linu, Kukubima Energi dan Kopi Jahe Sido Muncul.

Pada tahun 2013, PT Sido Muncul berhasil memiliki ratusan distributor di seluruh Indonesia. Pada tahun yang sama juga jamu-jamu unggulan dari perusahaan ini berhasil menembus pasar internasional. Jamu seperti Tolak Angin dan Tolak Linu berhasil diekspor hingga ke sebagian besar negara-negara di Asia Tenggara.

Lihat juga : Cara Membentuk Tim yang Solid dalam Bisnis

Shopatblow (Vincent Octavius)

Shopatblow kini telah dikenal sebagai produsen sepatu wanita ternama dari tanah air. Perusahaan ini bahkan telah berhasil menyentuh pasar internasional. Vincent Octavius, pemilik dari bisnis sepatu wanita Shopatblow tidak pernah bermimpi dan menyangka kalau ia akan dapat mencapai kesuksesan pada titik ini.

Vincent selaku pelaku usaha bercerita tentang bagaimana dirinya dapat mengembangkan perusahaan yang sekarang ia miliki. Berawal dari usaha yang sangat kecil di garasi rumahnya, ia berfokus pada usaha menjual barang cuci gudang. Dalam awal usahanya dia berfokus pada menjual sepatu sisa gudang di pasar dan bazar di berbagai tempat.

Vincent lalu memberanikan diri untuk membuka toko sepatu mandiri dengan menyewa suatu ruko di pasar. Dia membuka usaha toko sepatu yang diberi nama Octav pada tahun 2016 dan menjual sepatu dari berbagai macam brand. Selain berusaha menjual sepatu di ruko utamanya, ia juga membuka stand untuk menjual sepatunya di bazar hingga pasar malam.

Dalam penuturannya, ia mengalami kendala dalam menjalankan bisnisnya menjual sepatu secara offline. Ia mengaku bahwa pendapatan dari ruko tidaklah begitu besar, malah relatif kecil. Sementara itu dari mengikuti bazar tiga kali, ia mengalami kerugian dua kali saat menjualnya di bazar.

Baginya menjual sepatu secara luring itu cukup sulit, karena banyak faktor yang harus diperhitungkan. Setelah merasa gagal menjual secara offline, beliau selanjutnya mencoba menjual sepatu secara online tepatnya pada tahun 2017. Selama dua tahun, beliau membuka gerai sepatu online melalui platform fashion seperti Zalora dan Berrybenka.

Pada tahun 2019 Octav melakukan manuver dengan rebranding dari Octav menjadi Blow. Vincent beranggapan kalau Octav termasuk brand yang mahal bagi mayoritas masyarakat. Ia melakukan rebranding karena produk dari Blow memiliki harga yang terjangkau untuk kebanyakan orang dengan harga kurang lebih 100 ribu.

Setelah setahun melakukan rebranding dan membuka toko di platform lain seperti Shopee, penjualan sepatu dari Blow naik pesat. Hal ini juga dikarenakan oleh bergantinya kebiasaan belanja masyarakat ke belanja online akibat adanya pandemi Covid-19.

Setelah menjadi brand yang terkenal Shopatblow kini telah memiliki banyak toko cabang di mall di banyak kota besar. Kini orang-orang bisa mendatangi toko cabang sepatu Shopatblow di AEON Mall, Summarecon Mall, Grand Indonesia, dan banyak lagi mall besar di Indonesia.

Setelah tiga tahun berjuang bersama Shopee, Shopatblow terus tumbuh hingga lebih dari 500 kali jika dibandingkan sebelumnya. Vincent sebagai pemilik usaha juga memiliki ambisi yang lebih besar dari sebelumnya dengan bergabung dengan program ekspor Shopee dan membuat usahanya dikenal di berbagai negara seperti Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand.

Sam Girio (Rafidha Amira)

Rafidha Amira adalah pemilik Sam Girio, sebuah produsen pernak pernik souvenir yang sukses menembus kancah internasional. Amira sejak kecil memiliki bakat dalam bidang kreativitas dan berbekal ilmu pengetahuan bisnis yang ia kenyam dari pendidikannya dia menciptakan usaha kecil-kecilan dari rumahnya.

Pada awalnya Amira banyak sekali menerima tawaran pekerjaan dari perusahaan yang besar. Namun karena prinsip milik Amira untuk menciptakan kreativitas berdaya ekonomi dan berguna bagi banyak orang, ia menolak semua tawaran itu.

Semenjak saat itu, Amira dengan bekal pengetahuannya dia menciptakan rencana usaha yang kini dijalaninya. Ia membuat program kerja, skema produksi, bahkan hingga ke segmen pemasaran berdasarkan pengetahuannya.

Ia bercerita bahwa dalam pembuatan usahanya dia mengalami berbagai kesulitan. Dia berjuang keras untuk dapat menemukan penjahit kulit untuk diajak berkolaborasi bersamanya. Ia juga mencari sendiri pemasok bahan yang akan dia gunakan sebagai bahan baku yang akan digunakannya.

Kesulitan dalam mencari modal usaha juga ia temu saat merintis usaha. Ia harus berpikir keras dalam mendapat kepercayaan dari berbagai pihak untuk membantu mendanai usahanya.

Pada tahun 2018 ia berhasil untuk mengumpulkan semua hal yang dibutuhkan dan menciptakan usaha pembuatan souvenir dan pernak pernik dengan nama “Sam Girio”. Amira berfokus untuk memproduksi souvenir dengan bahan dasar vegan leather dan menargetkan pasar wedding souvenir dan corporate souvenir.

Ia menggunakan konsep ekonomi digital dengan menggunakan berbagai media sosial untuk mempromosikan produk dan usahanya kepada publik. Menurutnya di zaman modern metode pemasaran adalah hal yang paling benar untuk dilakukan.

Ia selalu memastikan untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada setiap konsumennya. Dengan menjaga kualitas produk, pengemasan, dan pengiriman ia selalu jaga untuk memberikan kepuasan pada pelanggannya.

Usahanya tidak berakhir sia-sia, produknya sudah dikenal dan memiliki banyak pelanggan. Berkat kerja sama dengan tim yang solid usaha Sam Girio pun sekarang telah berhasil merambah ke negara lain. Berdasarkan penuturannya, ia sering mendapatkan pesanan dari pelanggannya yang berasal dari Malaysia.

Sampai saat ini Amira masih sering menerima pesanan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Dia juga menuturkan kalau dia masih menerima reseller bagi orang yang ingin bekerja sama.

Lihat juga : Strategi Kunci Membangun Kesuksesan dalam Bisnis Start-up